Thursday, September 13, 2018

Mendayagunakan Potensi

Sumber: johnhain-pixaby.com


Potensi sering tidak terlihat dan tidak terasakan sehingga seolah-olah menjadi misteri: ada “bendanya”, tetapi tidak berwujud atau berwujud samar-samar saja. Dengan kata lain, potensi masih merupakan daya atau kekuatan terpendam yang keberadaannya belum muncul dan memberi manfaat secara optimal. Untuk membuat potensi menjadi optimal dan berdaya guna, diperlukan adanya dua hal, yakni ambisi dan upaya pengasahan.
1.  Perlunya Ambisi
Ambisi adalah hasrat yang kuat dan besar untuk dapat melakukan sesuatu atau menjadi sesuatu –– melakukan sesuatu, misalnya, memecahkan rekor dan menaklukkan puncak gunung; menjadi sesuatu, misalnya, menjadi atlet, seniman, dan direktur. Ambisi akan menggerakkan orang untuk berusaha keras melakukan hal yang diperlukan demi terwujudnya keinginan. Jika seseorang berambisi menjadi olahragawan terkenal, maka ia akan berusaha sekuat tenaga mewujudkan ambisi-nya tersebut.
Dengan ambisi, kita akan terpacu untuk melakukan usaha. Sebaliknya, tanpa ambisi, kita mudah mengalami kemandekan. Tanpa ambisi, kita cenderung merasa puas dan pasrah dengan apa yang sudah kita peroleh sehingga menjadi tidak termotivasi untuk mendapatkan hal-hal yang lebih baik, lebih besar, dan lebih tinggi. Tanpa memiliki ambisi, kita akan pasif sehingga kemungkinan kita tidak akan mengetahui potensi diri atau mengetahuinya, tetapi cenderung tidak peduli.
Oleh sebab itu, untuk mengetahui potensi diri, kita membutuhkan ambisi. Ambisi akan mendorong kita untuk mencapai sesuatu; sedangkan untuk mencapai sesuatu itu kita akan berusaha menggali dan mengetahui potensi diri. Akan tetapi, kita tidak boleh mengumbar ambisi secara berlebihan. Ambisi yang berlebihan dapat menyebabkan munculnya sikap membabi buta yang tidak peduli pada etika, hukum, dan tata tertib sehingga justru akan menjerumuskan kita pada tindakan melanggar hukum dan kegagalan.
2.  Pengasahan Potensi
Potensi yang dimiliki setiap manusia pada awalnya masih merupakan daya yang diam atau pasif. Potensi ibarat bahan mentah yang teronggok di tempat penyimpanan serta belum dimanfaatkan dan diolah. Sebagai daya yang pasif, potensi membutuhkan sentuhan. Tanpa sentuhan, potensi selamanya hanya akan menjadi daya yang terlelap dan mungkin akhirnya akan sirna dan sia-sia. Barangkali memang benar jika dikatakan bahwa potensi ibarat “makhluk” tertidur yang harus dibangunkan dan dibangkitkan.
Potensi membutuhkan sentuhan agar bangkit dan bermanfaat. Artinya, potensi perlu digarap dengan cara diasah agar menjadi keterampilan atau kecakapan. Dengan kata lain, potensi harus dikembangkan menjadi kompetensi atau kemampuan yang riil atau nyata. Dengan mewujudnya potensi menjadi keterampilan atau kecakapan (kemampuan nyata), maka upaya untuk meraih prestasi menjadi memungkinkan untuk dilakukan.
Bagaimana cara mengasah potensi agar berkembang menjadi keterampilan atau kecakapan? Caranya tidak lain adalah dengan melatihnya secara tepat. Agar menjadi keterampilan atau kecakapan, potensi harus dilatih dengan metode atau cara yang benar. Adapun pelatihan untuk mengasah potensi juga harus dilakukan dengan rajin, tekun, teratur, ulet, disiplin, pantang menyerah, tidak cepat merasa puas, optimal, dan berkesinambungan.


No comments:

Post a Comment