Thursday, September 13, 2018

Hambatan dalam Pengembangan Potensi

Sumber: zdravi.euro.cz


Mengembangkan potensi untuk meraih prestasi bukanlah usaha yang mudah dan sederhana. Dalam praktiknya, akan ditemui banyak kendala atau hambatan. Kian tinggi prestasi yang hendak diraih, makin besar pula hambatan yang biasanya menghadang. Mengatasi hambatan akan menjadi usaha lain yang harus dilakukan dalam upaya keseluruhan meraih prestasi.
Hambatan dalam pengembangan potensi akan bersifat internal dan eksternal. Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri sendiri, sedangkan hambatan eksternal muncul dari lingkungan sekitar. Kedua hambatan ini memiliki bentuk dan sifat yang berbeda.
1.  Hambatan dari Diri Sendiri
Apakah Anda pernah atau sering merasa malas, takut, cemas, bimbang, atau rendah diri saat akan melakukan sesuatu? Apakah kita selamanya akan merasa berambisi, tegar, dan yakin saat akan memulai kegiatan? Dapatkah kita selalu konsisten untuk merasa optimis bahwa kita akan mampu dan sukses dalam mewujudkan sesuatu?
Kiranya hampir tidak ada orang yang selamanya mampu bersikap optimis saat hendak memulai pekerjaan atau kegiatan. Merasa bimbang atau khawatir saat akan melakukan sesuatu adalah keadaan yang wajar dan manusiawi. Semua manusia pernah mengalaminya karena semua manusia pada dasarnya memiliki kelemahan.
Akan tetapi, itulah yang namanya hambatan yang muncul dari diri sendiri. Hambatan seperti itu datang dari dalam perasaan sendiri dan sering muncul tanpa alasan yang jelas. Perasaan enggan, cemas, tidak percaya diri, pesimis, dan sejenisnya mungkin saja muncul akibat adanya saingan yang berat, tidak adanya pendamping yang berkompeten, sulitnya tantangan yang dihadapi, dan sebagai-nya.
Namun, perasaan-perasaan negatif itu sebenarnya lebih merupakan bayangan semu karena sebelum kita terjun langsung dalam kancah persaingan, kita tidak akan pernah tahu keadaan yang sesungguhnya. Hambatan seperti itu memang seringkali muncul tanpa dikehendaki. Hambatan ini tidak boleh dibiarkan terus-menerus datang mengganggu, tetapi harus diatasi (dihilangkan) jika kita menginginkan prestasi tinggi.
Bentuk hambatan lain yang dapat muncul dari dalam diri sendiri ialah perasaan melihat kemampuan diri yang terlalu tinggi. Kemampuan diri sendiri dinilai begitu besar dan tinggi sehingga apa yang akan dihadapi seolah-olah akan mudah ditaklukkan. Hal ini akan menimbulkan optimisme yang berlebihan, sikap arogan (congkak atau sombong), serta terlalu menganggap remeh orang lain dan tantangan yang akan dihadapi. Perasaan seperti ini jelas menjadi hambatan yang harus dikikis karena tidak akan dapat mendukung terwujudnya prestasi.
Optimisme berlebihan serta mengaggap dan menilai kemampuan diri begitu tinggi dan di atas orang lain biasanya terjadi pada seseorang yang pernah mengenyam prestasi tertentu. Pernah mencapai prestasi tertentu dengan mengalahkan para pesaing menyebabkan munculnya perasaan superior sehingga seolah-olah tidak ada orang yang dapat menandinginya lagi. Apalagi jika prestasi tersebut dapat diraih beberapa kali sekaligus, perasaan superior  itu dapat muncul lebih kuat lagi –– padahal, bisa jadi, masih banyak orang lain yang kemampuan dan prestasinya lebih tinggi tidak mengikuti persaingan yang dimaksud.
2.  Hambatan dari Lingkungan
 Apakah kehidupan di sekeliling kita senantiasa sejalan dengan keinginan kita? Mungkinkah kehidupan di sekitar rumah selalu memberi manfaat bagi upaya kita dalam mencapai sesuatu? Benarkah semua yang ada di dalam rumah kita dapat menolong kita dalam meraih keinginan? Benarkah pula pendidikan yang kita ikuti setiap hari selamanya dapat diandalkan memberi dukungan bagi pencapaian prestasi?
Lingkungan, yakni kehidupan di sekeliling kita, tidak selalu memberi pengaruh positif terhadap upaya meraih prestasi. Lingkungan memang dapat menjadi pendukung pencapaian prestasi. Akan tetapi,  banyak kasus menunjukkan bahwa lingkungan seringkali menjadi sumber datangnya hambatan. Televisi, misalnya, setiap hari menggoda kita untuk terus-menerus menontonnya hingga dapat menjadikan kita lalai untuk belajar dan berlatih. Hiruk-pikuk kehidupan di sekitar rumah dan sekolah juga sering membuat kita sulit untuk fokus dan berkonsentrasi. Bahkan, pendidikan di sekolah yang biasa kita ikuti pun kadang ada yang tidak sesuai dengan upaya menumbuhkan semangat berprestasi.
Rumah, sekolah, dan kampung kadang mendatangkan hambatan yang tidak kita duga. Sikap teman, guru, tetangga, bahkan juga orang tua dan saudara kadang tidak seperti yang diharapkan. Misalnya saja, anak gadis dari kalangan masyarakat adat tertentu kurang mendapat dukungan semestinya dari keluarga untuk meraih prestasi tertentu –– dalam bidang pendidikan, kesenian, olahraga, dan sebagainya –– hanya karena tradisi adat menganggap perempuan lebih pantas berada dan beraktivitas di dapur.
Semua itu adalah hambatan yang datang dari lingkungan. Hambatan dari lingkungan tampaknya akan selalu ada. Hambatan dari lingkungan sangat sulit untuk dihilangkan sepenuhnya karena melibatkan banyak sekali faktor yang berada di luar diri kita. Oleh karena itulah, kita dituntut untuk cerdik menghadapinya. Biarpun sangat sulit untuk dilenyapkan sama sekali, hambatan dari lingkungan dapat dinetralisasi jika kita pandai menghadapinya. Kuncinya adalah kita harus tegas dalam pendirian dan teguh memegang prinsip sehingga tidak mudah terpengaruh oleh keadaan.
Selain itu, kita juga harus pandai meyakinkan bahwa prestasi yang akan kita capai tidak akan mencederai tatanan dan nilai-nilai kehidupan yang berlaku di sekitar kehidupan kita. Sebaliknya, prestasi tersebut justru akan memperkuat tatanan dan nilai-nilai yang dimaksud. Prestasi dalam bidang apa pun, selama itu positif (tidak bertentangan dengan norma), pada hakikatnya tidak akan mengganggu tatanan dan nilai-nilai kehidupan, melainkan akan turut memperkukuhnya serta mengangkat derajat dan mengharumkan nama masyarakat setempat.

No comments:

Post a Comment