Thursday, March 29, 2018

Mengenal dan Memastikan Potensi Diri

Kenali potensi dengan bertanya pada diri sendiri
(Sumber: Grafis Zamroni-www.saungmaman.com)


(Sumber: Sadah Siti Hajar, Embun, http://caraelok.blogspot.co.id/search/label/Pengembangan-%-20Potensi, Jumat, 20 Januari 2017)
Betapapun sulitnya mengenal dan memastikan potensi yang kita miliki, upaya yang satu ini harus tetap kita lakukan jika kita benar-benar serius ingin meraih kesuksesan. Dengan mengetahui potensi diri secara pasti, kita akan memiliki pegangan yang meyakinkan dalam menuju arah yang benar guna meraih sukses. Dengan mengetahui potensi diri secara pasti, peluang kita memperoleh kesuksesan menjadi lebih besar dibandingkan dengan jika kita tak memiliki pengetahuan tentang potensi kita.
Dengan demikian, kita menjadi tahu langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengembangkan potensi. Langkah-langkah yang akan kita ambil menjadi lebih kondusif dan berdaya guna bagi pengembangan potensi menuju kecakapan dan kompetensi. Upaya-upaya pengembangan potensi juga akan lebih terukur, cermat, efektif, efisien, dan optimal karena didasarkan pada potensi yang riil, bukan pada potensi yang bersifat spekulatif dan tak jelas.
Usaha untuk mengenal atau mengetahui potensi tidak dapat dilakukan dengan cara serampangan. Kita tidak dapat menilai potensi diri berdasarkan selera pribadi. Misalnya, hanya karena kita menggandrungi musik, kita lantas menyimpulkan bahwa potensi yang kita miliki ada pada bidang musik. Atau, hanya karena teman kita banyak yang menyukai jenis olahraga tertentu, kita memaksakan diri untuk ikut-ikutan menyukainya kemudian memastikan bahwa potensi kita ada pada bidang olahraga tersebut. Atau lagi, hanya karena di televisi dan media online (internet) muncul  trend  tertentu yang banyak disukai masyarakat (terutama kaum muda), kita ikut larut dan terlena untuk menerjuninya dengan pengharapan spekulatif bahwa siapa tahu kita punya potensi dalam bidang yang dimaksud. Semua langkah ini bukanlah cara yang baik dan tepat dalam menilai dan mengetahui potensi diri.
Memang bisa saja terjadi, potensi kita kebetulan sama dengan potensi yang dimiliki oleh kebanyakan orang lain sehingga apa yang kita lakukan untuk mengembangkannya seakan-akan selalu terlihat ikut-ikutan orang lain. Selama potensi kita memang benar-benar ada dalam bidang tersebut, hal itu tentu saja tidak menjadi masalah. Misalnya saja, saat ini banyak anak muda yang memiliki bakat menyanyi, dan kita kebetulan termasuk salah satunya yang menonjol; maka sama sekali tidak perlu dipersoalkan jika kita fokus berlatih dan belajar menyanyi. Biarpun banyak sekali orang lain yang melakukannya sehingga dunia seolah-olah dipenuhi teriakan vokal manusia yang sedang belajar dan berlatih menyanyi, jika kita pun turut meramaikannya, tidaklah menjadi masalah. Prinsipnya, marilah kita belajar, berlatih, dan berkompetisi secara sehat dan adil.
Hal yang menjadi problem adalah jika kita melakukan semua itu hanya sekadar ikut arus dan memanfaatkan situasi saja. Kita tidak atau belum tahu potensi kita yang sebenarnya, tetapi demi kemeriahan massal semata kita turut belajar dan berlatih menyanyi serta kemudian berpartisipasi dalam sekian lomba atau festival. Jika ini yang terjadi, kita telah melakukan inefisiensi dan pemborosan (waktu, uang, dan energi) yang di kemudian hari mungkin sekali akan mengakibatkan rasa lelah dan kecewa.
Kecermatan, kewaspadaan, dan kehati-hatian sungguh sangat dibutuhkan dalam usaha mengenal dan memastikan potensi diri. Di tengah maraknya  gaya hidup hedonis (lebih mengutamakan kesenangan dan kepuasan jasmani semata) saat ini, orang –– terutama para remaja –– mudah sekali terseret arus trend gaya hidup umum, termasuk dalam mengembangkan potensi. Tidak sedikit remaja dan anak muda umumnya yang menekuni bidang tertentu untuk pengembangan potensi hanya sekadar mengikuti mode atau trend, tanpa tahu atau peduli apakah potensinya ada dalam bidang tersebut atau tidak. Mereka mengabaikan sikap cermat, waspada, dan hati-hati dalam memilih aktivitas yang sesuai dengan potensi diri serta sebaliknya lebih tergiur oleh kesenangan dan emosi sesaat.
Sikap mudah tergiur oleh kesenangan dan emosi sesaat dapat menyebabkan kita terjerumus dalam perilaku ceroboh, keras kepala, dan congkak yang akan menjauhkan kita dari akurasi dalam mengenal potensi diri. Sebaliknya, sikap cermat, waspada, dan hati-hati akan menjadikan kita lebih legawa (lapang dada) dalam membaca kelemahan dan kelebihan diri sehingga akan lebih akurat dalam ikhtiar mengenal potensi diri. Sikap cermat, waspada, dan hati-hati juga akan menghindarkan kita dari berbagai kesalahan dan kesesatan yang membahayakan hidup kita.
Suka ikut-ikutan (snobis), gemar berspekulasi, dan mudah larut dalam trend merupakan kecenderungan yang seringkali menghinggapi kaum remaja dalam upaya mewujudkan keinginan-keinginan hidup. Hal ini sebenarnya merupakan gejala yang lumrah dan alamiah mengingat kaum remaja pada dasarnya memang masih dalam taraf pertumbuhan serta pencarian jatidiri sehingga secara kurang sadar seringkali melakukan berbagai eksperimentasi diri. Hanya masalahnya, jika tak terkendali, hal itu akan menjadi kendala serius dalam upaya mengenal dan memastikan potensi diri.
Bagaimanapun juga, usaha mengenal dan memastikan potensi diri membutuhkan energi dan sumber daya tersendiri. Upaya ini benar-benar memerlukan perhatian, waktu, dan konsentrasi khusus. Upaya yang dilakukan untuk mengenal dan memastikan potensi diri harus bebas dari berbagai “intervensi”: dari selera dan subjektivitas pribadi, godaan untuk menyamakannya dengan kecenderungan umum, hingga memenuhi keinginan orang tua.
Hal pertama yang harus dilakukan untuk mengetahui potensi diri tentu saja adalah menanamkan keinginan yang kuat dan serius untuk mengenal potensi diri sendiri. Setelah itu, kita harus mencoba mulai mengetahui potensi diri dengan jujur, objektif, dan realistis. Kita harus melihat dan menilai secara apa adanya kemudian berani dan bersedia menerimanya dengan apa adanya juga.
Itulah hal-hal yang paling harus diutamakan dalam mengetahui potensi diri. Adapun langkah-langkah terperinci dalam mengetahui potensi itu sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Berikut ini beberapa cara di antaranya.
·          Selama waktu tertentu, lakukan banyak kegiatan. Kegiatan yang dapat dipilih adalah olahraga (sepak bola, bola voli, basket, renang, pencak silat, dan sebagainya), seni (musik, lukis, tari, teater, dan sebagainya), menulis (esai, artikel, cerpen, puisi, dan sebagainya), berorganisasi, berkebun, kerajinan tangan, membaca, traveling, dan sebagainya. Dalam memilih kegiatan yang akan dilakukan, jangan terpancang pada kegiatan yang disukai saja.
·          Dari sekian kegiatan yang dilakukan, rasakan kegiatan yang paling cepat mengalami perkembangan dan kemajuan. Untuk keperluan ini, dapat dibuat daftar tertulis berisi kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan serta perkembangan dan kemajuan yang dicapai.
·          Mintalah pendapat kepada orang lain tentang kegiatan yang paling atau lebih menonjol dari sekian kegiatan yang dilakukan. Maksudnya, menurut penilaian orang lain, kegiatan apa yang tampak menunjukkan kemampuan yang paling mengesankan dari sekian kegiatan yang kita lakukan. Orang lain yang dimintai pendapat terutama adalah teman satu kegiatan, sahabat karib, guru, orang tua, dan saudara.
·          Kegiatan yang lebih cepat mengalami perkembangan dan kemajuan serta menurut penilaian orang lain memperlihatkan kemampuan yang mengesankan kemungkinan menjadi potensi yang kita miliki. Lanjutkan kegiatan tersebut sambil terus merasakan perkembangan dan kemajuan yang dicapai serta meminta pendapat orang lain, sementara kegiatan-kegiatan lain yang tidak memperlihatkan perkembangan mengesankan dapat langsung ditinggalkan.
Empat upaya tersebut hanya merupakan alternatif yang dapat kita lakukan. Keempatnya masih dapat kita lengkapi dengan beberapa langkah lain. Langkah tambahan yang dapat dilakukan, antara lain, sebagai berikut:
·        mengenali diri sendiri dengan membuat daftar pertanyaan, seperti apa yang membuat kita bahagia, apa yang kita inginkan dalam hidup, apa kelebihan dan kekuatan kita, serta menjawab pertanyaan-pertanyan tersebut dengan jujur dan objektif;
·         menentukan tujuan hidup –– jangka pendek dan jangka panjang –– secara realistis, yakni sesuai dengan kemampuan dan keadaan yang dihadapi;
·         mengenali motivasi hidup dengan cara merasakan hal-hal apa yang membuat kita paling atau lebih terpacu untuk melakukan aktivitas tertentu;
·         menghilangkan kebiasaan berpikir negatif dengan tidak melemparkan kesalahan dan kelemahan kepada pihak lain, tetapi justru dijadikan bahan untuk evaluasi dan memperbaiki diri;
       tidak menyesali dan mengadili diri sendiri berkepanjangan jika melakukan kesalahan atau mengalami kegagalan, tetapi menjadikan keduanya (kesalahan atau kegagalan) sebagai penambah semangat.

No comments:

Post a Comment