Kenali potensi dengan bertanya pada diri sendiri (Sumber: Grafis Zamroni-www.saungmaman.com) |
(Sumber: Sadah
Siti Hajar, Embun, http://caraelok.blogspot.co.id/search/label/Pengembangan-%-20Potensi, Jumat, 20 Januari 2017)
Betapapun
sulitnya mengenal dan memastikan potensi yang kita miliki, upaya yang satu ini
harus tetap kita lakukan jika kita benar-benar serius ingin meraih kesuksesan.
Dengan mengetahui potensi diri secara pasti, kita akan memiliki pegangan yang
meyakinkan dalam menuju arah yang benar guna meraih sukses. Dengan mengetahui
potensi diri secara pasti, peluang kita memperoleh kesuksesan menjadi lebih
besar dibandingkan dengan jika kita tak memiliki pengetahuan tentang potensi
kita.
Dengan
demikian, kita menjadi tahu langkah-langkah yang akan dilakukan untuk
mengembangkan potensi. Langkah-langkah yang akan kita ambil menjadi lebih
kondusif dan berdaya guna bagi pengembangan potensi menuju kecakapan dan
kompetensi. Upaya-upaya pengembangan potensi juga akan lebih terukur, cermat,
efektif, efisien, dan optimal karena didasarkan pada potensi yang riil, bukan
pada potensi yang bersifat spekulatif dan tak jelas.
Usaha untuk
mengenal atau mengetahui potensi tidak dapat dilakukan dengan cara serampangan.
Kita tidak dapat menilai potensi diri berdasarkan selera pribadi. Misalnya,
hanya karena kita menggandrungi musik, kita lantas menyimpulkan bahwa potensi
yang kita miliki ada pada bidang musik. Atau, hanya karena teman kita banyak
yang menyukai jenis olahraga tertentu, kita memaksakan diri untuk ikut-ikutan
menyukainya kemudian memastikan bahwa potensi kita ada pada bidang olahraga
tersebut. Atau lagi, hanya karena di televisi dan media online (internet) muncul trend
tertentu yang banyak disukai masyarakat (terutama kaum muda), kita ikut
larut dan terlena untuk menerjuninya dengan pengharapan spekulatif bahwa siapa
tahu kita punya potensi dalam bidang yang dimaksud. Semua langkah ini bukanlah
cara yang baik dan tepat dalam menilai dan mengetahui potensi diri.
Memang bisa
saja terjadi, potensi kita kebetulan sama dengan potensi yang dimiliki oleh
kebanyakan orang lain sehingga apa yang kita lakukan untuk mengembangkannya
seakan-akan selalu terlihat ikut-ikutan orang lain. Selama potensi kita memang
benar-benar ada dalam bidang tersebut, hal itu tentu saja tidak menjadi
masalah. Misalnya saja, saat ini banyak anak muda yang memiliki bakat menyanyi,
dan kita kebetulan termasuk salah satunya yang menonjol; maka sama sekali tidak
perlu dipersoalkan jika kita fokus berlatih dan belajar menyanyi. Biarpun
banyak sekali orang lain yang melakukannya sehingga dunia seolah-olah dipenuhi
teriakan vokal manusia yang sedang belajar dan berlatih menyanyi, jika kita pun
turut meramaikannya, tidaklah menjadi masalah. Prinsipnya, marilah kita belajar,
berlatih, dan berkompetisi secara sehat dan adil.
Hal yang
menjadi problem adalah jika kita melakukan semua itu hanya sekadar ikut arus
dan memanfaatkan situasi saja. Kita tidak atau belum tahu potensi kita yang
sebenarnya, tetapi demi kemeriahan massal semata kita turut belajar dan
berlatih menyanyi serta kemudian berpartisipasi dalam sekian lomba atau
festival. Jika ini yang terjadi, kita telah melakukan inefisiensi dan
pemborosan (waktu, uang, dan energi) yang di kemudian hari mungkin sekali akan
mengakibatkan rasa lelah dan kecewa.
Kecermatan,
kewaspadaan, dan kehati-hatian sungguh sangat dibutuhkan dalam usaha mengenal
dan memastikan potensi diri. Di tengah maraknya
gaya hidup hedonis (lebih mengutamakan kesenangan dan kepuasan jasmani
semata) saat ini, orang –– terutama para remaja –– mudah sekali terseret arus trend gaya hidup umum, termasuk dalam
mengembangkan potensi. Tidak sedikit remaja dan anak muda umumnya yang menekuni
bidang tertentu untuk pengembangan potensi hanya sekadar mengikuti mode atau trend, tanpa tahu atau peduli apakah
potensinya ada dalam bidang tersebut atau tidak. Mereka mengabaikan sikap
cermat, waspada, dan hati-hati dalam memilih aktivitas yang sesuai dengan
potensi diri serta sebaliknya lebih tergiur oleh kesenangan dan emosi sesaat.
Sikap mudah
tergiur oleh kesenangan dan emosi sesaat dapat menyebabkan kita terjerumus
dalam perilaku ceroboh, keras kepala, dan congkak yang akan menjauhkan kita
dari akurasi dalam mengenal potensi diri. Sebaliknya, sikap cermat, waspada,
dan hati-hati akan menjadikan kita lebih legawa
(lapang dada) dalam membaca kelemahan dan kelebihan diri sehingga akan lebih
akurat dalam ikhtiar mengenal potensi diri. Sikap cermat, waspada, dan
hati-hati juga akan menghindarkan kita dari berbagai kesalahan dan kesesatan
yang membahayakan hidup kita.
Suka
ikut-ikutan (snobis), gemar berspekulasi, dan mudah larut dalam trend merupakan kecenderungan yang
seringkali menghinggapi kaum remaja dalam upaya mewujudkan keinginan-keinginan
hidup. Hal ini sebenarnya merupakan gejala yang lumrah dan alamiah mengingat
kaum remaja pada dasarnya memang masih dalam taraf pertumbuhan serta pencarian
jatidiri sehingga secara kurang sadar seringkali melakukan berbagai
eksperimentasi diri. Hanya masalahnya, jika tak terkendali, hal itu akan
menjadi kendala serius dalam upaya mengenal dan memastikan potensi diri.
Bagaimanapun
juga, usaha mengenal dan memastikan potensi diri membutuhkan energi dan sumber
daya tersendiri. Upaya ini benar-benar memerlukan perhatian, waktu, dan
konsentrasi khusus. Upaya yang dilakukan untuk mengenal dan memastikan potensi
diri harus bebas dari berbagai “intervensi”: dari selera dan subjektivitas
pribadi, godaan untuk menyamakannya dengan kecenderungan umum, hingga memenuhi
keinginan orang tua.
Hal pertama yang
harus dilakukan untuk mengetahui potensi diri tentu saja adalah menanamkan
keinginan yang kuat dan serius untuk mengenal potensi diri sendiri. Setelah
itu, kita harus mencoba mulai mengetahui potensi diri dengan jujur, objektif,
dan realistis. Kita harus melihat dan menilai secara apa adanya kemudian berani
dan bersedia menerimanya dengan apa adanya juga.
Itulah hal-hal
yang paling harus diutamakan dalam mengetahui potensi diri. Adapun
langkah-langkah terperinci dalam mengetahui potensi itu sendiri dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Berikut ini beberapa cara di antaranya.
·
Selama
waktu tertentu, lakukan banyak kegiatan. Kegiatan yang dapat dipilih adalah
olahraga (sepak bola, bola voli, basket, renang, pencak silat, dan sebagainya),
seni (musik, lukis, tari, teater, dan sebagainya), menulis (esai, artikel,
cerpen, puisi, dan sebagainya), berorganisasi, berkebun, kerajinan tangan,
membaca, traveling, dan sebagainya.
Dalam memilih kegiatan yang akan dilakukan, jangan terpancang pada kegiatan
yang disukai saja.
·
Dari
sekian kegiatan yang dilakukan, rasakan kegiatan yang paling cepat mengalami
perkembangan dan kemajuan. Untuk keperluan ini, dapat dibuat daftar tertulis
berisi kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan serta perkembangan dan kemajuan
yang dicapai.
·
Mintalah
pendapat kepada orang lain tentang kegiatan yang paling atau lebih menonjol
dari sekian kegiatan yang dilakukan. Maksudnya, menurut penilaian orang lain,
kegiatan apa yang tampak menunjukkan kemampuan yang paling mengesankan dari sekian
kegiatan yang kita lakukan. Orang lain yang dimintai pendapat terutama adalah
teman satu kegiatan, sahabat karib, guru, orang tua, dan saudara.
·
Kegiatan
yang lebih cepat mengalami perkembangan dan kemajuan serta menurut penilaian
orang lain memperlihatkan kemampuan yang mengesankan kemungkinan menjadi
potensi yang kita miliki. Lanjutkan kegiatan tersebut sambil terus merasakan
perkembangan dan kemajuan yang dicapai serta meminta pendapat orang lain,
sementara kegiatan-kegiatan lain yang tidak memperlihatkan perkembangan
mengesankan dapat langsung ditinggalkan.
Empat upaya
tersebut hanya merupakan alternatif yang dapat kita lakukan. Keempatnya masih
dapat kita lengkapi dengan beberapa langkah lain. Langkah tambahan yang dapat
dilakukan, antara lain, sebagai berikut:
· mengenali
diri sendiri dengan membuat daftar pertanyaan, seperti apa yang membuat kita
bahagia, apa yang kita inginkan dalam hidup, apa kelebihan dan kekuatan kita,
serta menjawab pertanyaan-pertanyan tersebut dengan jujur dan objektif;
· menentukan
tujuan hidup –– jangka pendek dan jangka panjang –– secara realistis, yakni
sesuai dengan kemampuan dan keadaan yang dihadapi;
· mengenali
motivasi hidup dengan cara merasakan hal-hal apa yang membuat kita paling atau
lebih terpacu untuk melakukan aktivitas tertentu;
· menghilangkan
kebiasaan berpikir negatif dengan tidak melemparkan kesalahan dan kelemahan
kepada pihak lain, tetapi justru dijadikan bahan untuk evaluasi dan memperbaiki
diri;
tidak
menyesali dan mengadili diri sendiri berkepanjangan jika melakukan kesalahan
atau mengalami kegagalan, tetapi menjadikan keduanya (kesalahan atau kegagalan)
sebagai penambah semangat.
No comments:
Post a Comment