|
Sumber: shutterstock.com |
Dampak globalisasi dalam kehidupan
masyarakat terutama mempengaruhi gaya hidup
dan perilaku. Akibat globalisasi, gaya hidup
dan perilaku masyarakat kita mengalami perubahan. Hal ini dapat kita rasakan
dan saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak di antara gaya hidup
dan perilaku masyarakat saat ini tidak mencerminkan keaslian budaya atau
kebiasaan masyarakat dan bangsa kita sendiri, melainkan hasil peniruan atas
budaya atau kebiasaan bangsa asing –– yang masuk ke Indonesia melalui globalisasi.
Setidaknya dalam 20 hingga 30 tahun
terakhir ini praktis gaya hidup dan perilaku atau kebiasaan
masyarakat kita telah banyak berubah. Perubahan gaya hidup dan perilaku atau
kebiasaan tidak hanya terjadi pada masyarakat perkotaan, melainkan juga pada
masyarakat pedesaan. Hal ini terjadi sebagai akibat derasnya informasi yang
masuk ke Indonesia melalui media massa
dan internet serta ditambah beredarnya secara luas bermacam-macam produk barang
luar negeri di tengah masyarakat. Gaya hidup
masyarakat yang mengalami perubahan, antara lain, terjadi dalam mengonsumsi makanan
dan minuman, berpakaian, menata rambut, serta merawat
tubuh.
1. Mengonsumsi Makanan dan Minuman
Jenis
makanan dan minuman yang dikonsumsi masyarakat kita saat ini jelas berubah.
Makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak hanya lebih banyak jumlahnya, tetapi
juga lebih beraneka ragam jenisnya. Sebagiannya merupakan produk makanan dan
minuman dari mancanegara yang masuk ke Indonesia melalui impor atau
diproduksi di Indonesia melalui lisensi. Beberapa contoh jenis makanan dan
minuman asing atau berbau asing yang beredar dan banyak dikonsumsi masyarakat
adalah ayam goreng tepung (fried chicken),
steak, bistik, pizza, burger, spageti, es krim, ramen,
bulgogi, dan minuman ringan bersoda.
Sebagian
makanan tersebut merupakan jenis makanan yang dihidangkan secara cepat saji (fast
food). Bagi sebagian kalangan, terutama masyarakat kota besar, jenis
makanan semacam itu menjadi daya tarik tersendiri karena kelebihan segi
efisiensinya –– disajikan secara cepat. Masyarakat kota besar yang akibat
globasliasi juga mulai terpola dengan irama hidup yang serbacepat, relatif
cocok dengan jenis makanan fast food
karena untuk urusan makan pun sekarang mereka butuh waktu yang cepat dan
singkat.
2. Cara Berpakaian
Gaya
berpakaian masyarakat tampak sudah cukup jauh bergeser dari cara asli orang Indonesia memperlakukan dan
mengenakan pakaian. Berdasarkan adat Indonesia khususnya dan adat
ketimuran umumnya, pakaian digunakan untuk menutup tubuh agar penampilan diri
terlihat patut dan sopan. Dengan prinsip
itu, maka masyarakat Indonesia dan Timur cenderung
berpakaian secara rapat dan longgar, tetapi dengan tidak meninggalkan segi keserasian bentuk, corak,
dan warna. Fungsi pokok berpakaian, yakni sebagai penutup sekaligus pelindung
tubuh, tetap menjadi prioritas utama.
Namun,
akibat pengaruh mode berpakaian masyarakat mancanegara –– terutama
negara-negara Barat –– cara dan prinsip tersebut menjadi berubah. Hal ini
terutama terjadi pada remaja dan anak-anak muda, khususnya kalangan perempuan.
Para remaja putri Indonesia kini cenderung
berpakaian ketat dan agak terbuka. Berpakaian ketat dan terbuka dilakukan untuk
mengikuti mode yang didasarkan pada anggapan bahwa pakaian ketat dan agak
terbuka identik dengan keindahan karena memperlihatkan garis tubuh serta menampakkan
pula sebagian anggota tubuh.
3. Menata Rambut
Dalam
hal gaya penampilan yang lain, yakni menata
rambut, juga terjadi pergeseran. Akibat terpengaruh warna rambut orang-orang
asing, banyak remaja dan anak muda kita mengubah warna asli rambutnya. Warna
rambut mereka yang aslinya hitam, mereka ubah dengan cat sehingga menjadi
berwarna pirang, cokelat, kemerah-merahan, kekuning-kuningan, dan sebagainya.
Tidak
jarang pula rambut sengaja dibuat acak-acakan atau menyeruak ke atas. Pada
remaja dan pemuda laki-laki, rambut kadang dibiarkan memanjang menyerupai
rambut wanita atau bagian tertentu dibuat lebih panjang dibanding bagian yang
lain. Untuk melengkapi penampilan, mereka juga kadang menindik telinga dan
memasinginya anting-anting seperti perempuan serta menghiasi bagian-bagian
tubuh tertentu dengan tato.
4. Merawat Tubuh
Globalisasi juga menyebabkan pandangan masyarakat
mengenai perawatan tubuh tidak lagi seperti dahulu. Jika dahulu persoalan merawat tubuh
lebih banyak menjadi urusan kaum wanita, kini hal itu berlaku pula bagi kaum
pria. Di tengah makin maraknya kaum wanita Indonesia melakukan usaha perawatan
tubuh, kaum pria di kalangan tertentu di kota-kota besar saat ini mulai dilanda
kegandrungan untuk melakukan hal yang sama. Di pusat-pusat kebugaran, tidak
sedikit kaum pria melakukan fitness atau aerobik untuk membentuk otot
dan tubuh. Tempat-tempat jasa perawatan tubuh –– seperti salon dan spa
–– juga tidak lagi dipenuhi kaum wanita. Tak mau tertinggal dari kaum wanita,
kaum pria tidak malu dan sungkan lagi keluar masuk salon dan spa untuk merawat kulit dan kuku.