Monday, July 30, 2018

Nasi Megono, Santapan Khas Masyarakat Batang dan Pekalongan


Nasi megono (Sumber: www.indoindians.com)

Masyarakat di kawasan pantai utara Pulau Jawa (pantura) bagian barat Jawa Tengah, khususnya di sepanjang Kabupaten Pekalongan ke timur hingga Kabupaten Batang, memiliki jenis santapan nasi khusus yang tidak dimiliki daerah lain. Jenis makanan nasi khusus tersebut biasa disebut ‘nasi megono’ (sego megono). Makanan ini menjadi hidangan khas daerah Batang dan Pekalongan yang sederhana, murah, dan merakyat.
Nasi megono atau biasa disebut megono saja (yang di dalamnya otomatis sudah termasuk nasi) telah menjadi santapan masyarakat Batang dan Pekalongan secara turun-temurun sejak zaman dahulu. Kendatipun bentuk atau penampilannya terlihat sangat sederhana, nasi megono masih menjadi salah satu hidangan favorit masyarakat di kedua daerah itu hingga saat ini. Di tengah keberadaan berbagai jenis makanan modern baik yang berasal dari luar daerah maupun dari luar negeri, nasi megono tetap bisa eksis sebagai makanan tradisional khas masyarakat Batang dan Pekalongan.
Bentuk atau penampilan nasi megono memang benar-benar sederhana, tetapi di lidah orang-orang Batang dan Pekalongan dirasakan tidak kalah dengan jenis-jenis masakan nasi yang lain, seperti nasi uduk, nasi gandhul, nasi becak, nasi goreng, dan nasi bakar. Citarasa khas nasi megono yang sudah menjadi makanan rakyat sehari-hari tidak dapat digantikan begitu saja oleh jenis makanan lain yang beberapa tahun terakhir ini “menyerbu” warung makan dan restoran. Di tengah menikmati berbagai jenis makanan lain yang kadang terdengar aneh dan asing, masyarakat Batang dan Pekalongan masih tetap setia menyantap nasi megono.
Nasi megono memiliki ciri yang simpel dan ringkas. Bentuknya berupa nasi putih yang di atasnya ditaburkan cincangan (cacahan) daging buah nangka muda (cecek/gori). Sebelum ditaburkan di atas nasi, cincangan buah nangka muda terlebih dahulu dicampur dengan racikan bumbu yang telah dihaluskan (antara lain, dari bawang putih, bawang merah, cabai, daun bawang, garam, ketumbar, merica, lengkuas, dan daun salam) kemudian dikukus dengan parutan kelapa selama kurang lebih 30 menit.
Nasi megono masih dengan mudah dijumpai di Batang dan Pekalongan. Di warung-warung tepian jalan raya dan jalan kampung, nasi ini dijual dengan harga yang relatif murah. Masyarakat umumnya menjadikannya sebagai santapan pagi hari (sarapan), tetapi kadang ada juga yang memanfaatkannya untuk makan siang dan malam. Nasi megono biasanya disajikan dengan tempe (mendoan atau biasa) sebagai lauknya, tetapi bisa juga disantap dengan lauk-lauk lain, yakni tahu goreng , telur, perkedel, empal, telur asin, telur ceplok atau dadar, ikan goreng, ayam goreng, dan sebaganya.
Bahkan, nasi megono juga bisa dipadu dan disantap dengan sayur lain, seperti gulai kambing, satai kambing, semur telur, semur daging, kering tempe, opor ayam, sambal goreng kentang, dan cumi kuah. Disantap dengan sayur lain, nasi megono akan terasa lebih kaya rasa, tanpa kehilangan ciri khas citarasanya. Jika Anda singgah di Batang atau Pekalongan, Anda akan lebih mendapat kesan yang mendalam jika Anda menyempatkan diri untuk menikmati santapan ini.
(Sumber: Panoramakanan, Sadah Siti Hajar, http://lanskap-makanan.blogspot.com/2018/02/nasi-megono-santapan-khas-masyarakt.html,  2 Februaril 2018)

No comments:

Post a Comment