|
Lethok atau sayur tumpang khas Ngawi (Sumber: i2.wp.com) |
Ngawi
adalah sebuah kota dan kabupaten yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa
Timur dan Jawa Tengah. Ngawi berada di ujung barat provinsi Jawa Timur serta wilayahnya
sebagian besar merupakan dataran rendah. Secara geografis, Ngawi memang termasuk
dalam Provinsi Jawa Timur, tetapi secara kultural dan bahasa lebih dekat dengan
Provinsi Jawa Tengah (terutama Surakarta dan Yogyakarta) sehingga sering
disebut “Jawa Timur Mataraman”. Istilah terakhir ini lazim digunakan untuk
menyebut daerah-daerah di Jawa Timur yang masyarakatnya memiliki bahasa dan
budaya yang mirip dengan bahasa dan budaya masyarakat sekitar Surakarta
(Solo) dan Yogyakarta.
Kemiripan
budaya dan bahasa juga membawa kemiripan pada aspek
kulinernya. Berbagai jenis makanan khas
masyarakat Ngawi memiliki kemiripan dengan makanan masyarakat Surakarta atau Yogyakarta.
Misalnya, nasi tumpang dan nasi pecel, baik di Ngawi maupun di Solo (Surakarta),
keduanya merupakan jenis makanan yang populer dan merakyat.
Di daerah-daerah lain, nasi tumpang dan nasi pecel juga
dijumpai, tetapi umumnya masih di daerah Mataraman dengan bahan-bahan dan
citarasa yang relatif hampir sama. Selain dijumpai di Ngawi dan Solo, nasi
tumpang dan nasi pecel juga dapat ditemukan di sepanjang daerah Madiun ke arah
timur hingga Kediri, yang bahasa dan kultur masyarakatnya masih dalam kategori
Mataraman.
Oleh karena itu, beberapa jenis makanan khas Ngawi juga
memiliki kemiripan dengan makanan khas kota-kota dan daerah-daerah Mataraman.
Namun, walaupun namanya sama atau mirip, citarasa makanan khas itu tetap
cenderung berbeda untuk setiap kota atau daerah. Nasi tumpang khas Ngawi
memiliki citarasa berbeda dengan nasi tumpang ala Solo atau Kediri, demikian
juga nasi pecelnya.
Nasi tumpang di Ngawi disebut nasi lethok. Kuah atau
sambal tumpang yang digunakan untuk mengguyur sayuran dan nasi dalam hidangan ini
disebut sambal lethok. Lethok atau nasi lethok menjadi salah satu makanan khas
daerah Ngawi. Selain nasi lethok, Ngawi masih memiliki beberapa makanan khas lain
seperti dipaparkan berikut ini.
· Lethok (Tumpang)
Lethok
merupakan masakan berbentuk kuah kental atau sambal yang dibuat dari
tempe dengan proses fermentasi dibuat lebih lama yang
dilumat dan dicampur dengan santan, racikan bumbu cabai, bawang putih, bawang
merah, garam, lengkuas, dan kencur. Ke dalamnya biasanya dimasukkan pula tahu,
rambak (kulit sapi kering), petai, cabai rawit utuh, dan daun jeruk purut. Untuk
menambah citarasa dan kelezatan, dapat juga ditambahkan ebi (udang
kecil-kecil kering) dan lemak atau urat
sapi.
Lethok lazim disantap dengan nasi putih dan sayuran hijau
yang direbus. Cara menghidangkannya, nasi putih di atasnya ditaburi sayuran
hijau rebus (biasanya bayam, kenikir, daun singkong, kacang panjang, dan tauge),
kemudian disiram dengan sambal/bumbu lethok sehingga kemudian dinamakan nasi
lethok. Hidangan ini bisa disantap dengan berbagai macam lauk: rempeyek, tempe
goreng, tahu goreng, telur ceplok, ayam goreng, ikan goreng, empal, dan
sebagainya.
· Nasi Pecel
Nasi pecel sebenarnya ditemukan di berbagai daerah –– Madiun, Kediri, Solo, dan
sebagainya –– tetapi nasi pecel Ngawi memiliki karakteristik sendiri
sehingga dapat dikatakan nasi pecel Ngawi merupakan salah satu kuliner khas
daerah ini. Racikan bumbu untuk sambal pecel Ngawi
berbeda dengan racikan bumbu pecel daerah lain.
Sambalnya dibuat (ditumbuk) agak kasar dan citarasa pedasnya
agak menonjol. Adapun sayuran hijau yang digunakan umumnya
daun singkong, kenikir, bayam, kacang panjang, dan kecambah (tauge). Saat penyajian dapat juga ditambahkan kemangi
mentah sebagai lalapan.
Hal yang juga cukup unik, penyajian nasi pecel khas Ngawi
kadangkala dipadu dengan lethok (tumpang). Sebagian orang Ngawi gemar mengombinasikan
pecel dengan lethok, yakni sambal atau kuah bumbu pecel disiramkan ke atas
sayuran hijau dan nasi bersama dengan sambal atau kuah bumbu lethok sehingga
citarasanya menjadi jauh lebih kaya. Nasi pecel Ngawi biasanya dijadikan
santapan pagi hari (sarapan).
Penyajiannya bisa dilakukan di atas piring biasa, tetapi
terasa lebih nikmat dan natural jika disajikan dengan daun jati atau daun
pisang. Seperti halnya nasi lethok, nasi
pecel juga bisa disantap dengan aneka lauk pelengkap. Di warung-warung
tradisional, lauk yang disediakan, antara lain, terdiri atas rempeyek, tempe
goreng, tahu goreng, tahu isi goreng, bakwan, dan telur ceplok. Untuk sarapan, Anda
bisa membelinya di warung tepi jalan atau pasar tradisional serta membawanya
pulang untuk disantap dengan berbagai lauk tambahan favorit: telur dadar, empal
sapi, paru, telur asin, ayam goreng, dan sebagainya.
· Tepo Tahu
Tepo tahu merupakan makanan khas Ngawi
yang berbahan utama lontong dan tahu. Tepo tahu sepintas mirip dengan masakan
lontong tahu atau tahu kupat yang ada di beberapa daerah lain. Namun, tepo tahu
memiliki spesifikasi yang tidak dijumpai pada lontong tahu dan tahu kupat.
Tepo tahu dibuat
dari kombinasi lontong, tahu goreng, kol, tauge, seledri, kacang tanah goreng,
bawang goreng, dan tomat, yang dipadu dengan kuah gula merah dan kecap manis.
Cara menghidangkannya adalah irisan lontong dan irisan tipis tahu goreng
(setengah matang) ditaruh di atas piting atau mangkuk, kemudian di atasnya
ditaburkan kacang tanah goreng (utuh), tauge (kecambah), irisan kol (kubis),
irisan seledri, irisan tomat segar, dan irisan bawang goreng. Terakhir
dituangkan ke atasnya kuah encer yang terbuat dari paduan gula merah dan kecap
manis. Saat disantap, dapat ditambahkan sambal rebus dan kecap asin.
· Keripik Tempe
Kripik
tempe sebenarnya sudah menjadi makanan khas berbagai daerah di
Indonesia. Ngawi merupakan salah satu kota dan daerah yang masyarakatnya
menjadi produsen (penghasil) keripik tempe yang gurih dan krispi. Sungguhpun
sudah diproduksi oleh banyak daerah lain, keripik tempe tetap dapat dikatakan
sebagai makanan khas Ngawi. Hal ini karena selain sudah menjadi industri
rumahan (home industry) di beberapa
desa dan kecamatan di Ngawi, keripik tempe ala Ngawi juga memiliki citarasa
tersendiri.
Tempe yang menjadi bahan baku utama pembuatan keripik
tempe di Ngawi umumnya diproduksi
sendiri oleh masyarakat setempat. Masyarakat di sebuah desa di Ngawi, yakni
Desa Prandon, banyak yang menjadi perajin tempe sehingga desa itu mendapat
julukan “Desa Tempe”. Adapun kedelai sebagai bahan baku pokoknya diimpor dari
Amerika Serikat melalui Koperasi Unit Desa.
Satu hal yang khusus dari keripik tempe Ngawi adalah
memiliki aroma dan citarasa daun jeruk dan kencur. Di dalamnya juga ada
citarasa pedas dan gurih. Dengan tidak meninggalkan teksturnya yang kasar dan
kaku sehingga menjadi renyah (krispi atau kemripik)
saat digigit, keripik tempe khas Ngawi menjadi makanan ringan yang kaya rasa
dan enak.