Sumber: www.thesun.co.uk, premierleague-static-files.s3. amazonaws.com, ansa.it |
Sejak kemunculan
Zinedine Zidane pada akhir dasawarsa 1990-an, Prancis masih terus menghasilkan
pemain-pemain sepak bola potensial. Setelah Zidane dengan bakatnya yang
istimewa mampu menjadi pemain terpenting yang membawa Prancis menjadi juara
dunia 1998 (World Cup 1998) dan juara Eropa 2000, muncul beberapa bintang baru
yang diharapkan mampu mewarisi kehebatan Zidane dan kawan-kawan (Lizarazu, Deschamps, Desailly, Thuram, dan
lain-lain) dalam mengangkat nama Prancis di kancah sepak bola Eropa dan dunia.
Beberapa nama mencuat dan menjadi buah bibir karena mampu bermain cemerlang di
klub-klub besar Eropa.
Salah satunya adalah
Paul Pogba. Pemain ini banyak dibicarakan oleh insan sepak bola Eropa tidak
hanya karena nilai transfernya yang fenomenal (dari Juventus ke Manchester
United), melainkan juga terutama karena permainannya yang impresif. Terlepas
dari permainannya yang kini belum berkembang optimal di Manchester United,
selama di Juventus, Pogba mampu bermain mengesankan dan mengantarkan tim dari
Turin itu merebut gelar-gelar penting.
Sebagai pemain
Prancis, Pogba mungkin memang belum mampu menyejajarkan diri dengan Platini dan
Zidane (yang pada masa keemasannya juga bermain untuk Juventus) dalam
mengantarkan Tim Zebra atau si Nyonya Tua ke puncak level sepak bola Eropa dan
dunia. Namun, hal ini tampaknya lebih dominan disebabkan oleh usianya yang
masih muda saat ia membela Juventus. Pogba dapat dikatakan masih dalam taraf
perkembangan ketika ia bermain untuk Juventus dari tahun 2012 hingga 2016 saat
usianya masih 21-24 tahun (tetapi, ia sudah mampu memperlihatkan skill dan wawasan bermain yang sangat
mengesankan).
Kembalinya Pogba dari
Juventus ke Manchester United menjadi penanda kebintangannya sebagai pemain
sepak bola kelas dunia. Ia hijrah ke klub legendaris Inggris tersebut dengan
nilai transfer sekitar 1,5 triliun rupiah, rekor tertinggi dalam sejarah
transfer pemain sebelum dipecahkan oleh nilai transfer Neymar dari Barcelona ke
Paris Saint-Germain yang 3,5 triliun rupiah. Nilai transfer 1,5 triliun rupiah
menjadi bukti pengakuan atas kemampuan dan kebintangan Pogba.
Sebelum dibeli
Juventus, Pogba adalah pemain Manchester United pada era pelatih Alex Ferguson.
Dalam status bukan sebagai pemain inti MU, ia direkrut Juventus pada tahun
2012. Sejak bergabung dengan Juventus itulah ia menunjukkan sinarnya sebagai
pemain bertalenta yang turut berperan penting melambungkan Juventus ke level
elite sepak bola Eropa. Selama empat musim merumput bersama Juventus
penampilannya terus menanjak sehingga memikat Manchester United untuk
menariknya kembali dengan nilai transfer yang fantastis.
Pogba yang memiliki
nama lengkap Paul Labile Pogba, lahir di Lagna-sur-Marne, Prancis, pada 15
Maret 1993. Pogba mengawali kiprah sepak bolanya pada usia 6 tahun dengan
bergabung bersama klub lokal, Roissy-en-Brie (tahun 1999). Di klub tak terkenal ini, ia
bertahan hingga tahun 2006 untuk kemudian hijrah ke Torcy (2006-2007). Dari
Torcy, ia pindah ke klub anggota liga utama Prancis (Ligue 1), Le Havre.
Di Le Havre ia mulai menunjukkan bakat dan kepemimpinannya. Pogba bermain
untuk Le Havre selama dua musim (2007-2009). Pada tahun keduanya, ia dipercaya
menjadi kapten tim U-16 Le Havre. Ia sukses membawa Le Havre mengungguli
tim-tim elite dan tangguh, seperti Lyon dan Nancy, serta merengkuh peringkat
kedua di bawah Lens.
Talenta yang ditunjukkannya selama membela Le Havre tercium oleh klub-klub
besar dan terkemuka Eropa. Pada tahun 2009, Manchester United merekrut dan
memasukkan Pogba ke akademi sepak bola milik klub dari Kota Manchester
ini. Keberadaan Pogba di akademi Setan
Merah kurang berkembang maksimal karena kurang mendapatkan kesempatan bermain
di tim MU --- ia hanya sempat tampil tiga kali tampil di bawah Alex Ferguson.
Hal itu menyebabkan Pogba yang memiliki tinggi badan 191 cm hijrah ke
Juventus pada tahun 2012. Di klub yang mendapat julukan Nyonya Tua ini,
permainan Pogba berkembang sangat pesat berkat sentuhan pelatih dan kesempatan
bermain yang luas. Ia sering sekali menjadi starter
selama Juventus berada di bawah asuhan pelatih Massimiliano Allegri. Allegri bahkan menjadikan Pogba
sebagai salah satu pemain andalan Juventus, selain Buffon, Pirlo, Vidal,
Bonucci, Chiellini,
Tevez, Higuain, dan Dybala.
Teknik dan visi permainan Pogba di Juventus terus berkembang hingga
akhirnya ia mencuat menjadi bintang. Berkat permainan cemerlangnya, Juventus
meraih empat kali juara Seri A Italia serta dua kali runner-up Liga Champions (2014-2015 dan 2016-2017). Bersama Juventus ia sudah mencatat
statistik 178 kali bermain dengan mencetak 34
gol.
Penampilan cemerlang Pogba bersama
Juventus membuat banyak klub besar dan terkemuka Eropa mengincarnya. Manchester
United mungkin menjadi klub yang paling “kecewa dan menyesal” dengan perubahan
positif dan revolusioner yang dialami Pogba sebab klub yang melahirkan
Cristiano Ronaldo ini pernah menyia-nyiakan dan “membuang” Pogba ke Juventus.
MU pun akhirnya harus membayar mahal kesalahannya itu dengan menebus kembali
Pogba dengan harga yang sungguh-sungguh sangat mahal --- manajemen MU harus
mengeluarkan biaya 1,5 triliun rupiah untuk
menariknya kembali dari Juventus.
Sempat bemain datar pada awal
kehadirannya di MU serta didera pula cedera agak lama, Pogba kini mulai
menemukan kembali form permainan
terbaiknya. Di bawah tangan dingin Mourinho, ia menjelma menjadi salah satu
bintang yang menonjol di Liga Primer Inggris yang penuh persaingan.
Kebintangannya seperti saat merumput bersama Juventus mulai terlihat lagi serta
dengan dukungan pemain-pemain berkualitas, seperti Ibrahimovic, Matic, Herera,
Martial, Rashford, Lukaku, dan Carrick, permainannya terus menanjak.
Perlahan-lahan Pogba sudah mulai mampu
membebaskan diri dari beban berat sebagai pemain yang pernah menyandang
predikat termahal di dunia. Ia sudah mulai mampu bermain lepas dan enjoy sehingga kemampuannya melakukan dribble, mencetak gol, memberi assist, dan membaca permainan mulai
terlihat kembali. Beberapa kali ia menjadi aktor utama dan inspirator
kemenangan MU, seperti saat MU menjungkalkan Newcastle United dengan skor 4-1
di Liga Primer serta mengalahkan Ajax 2-0 dalam final Liga Europa.
Data statistik dari BBC Sport yang diambil pada musim
2016/2017menunjukkan bahwa kinerja dan produktivitas MU kian meningkat jika
Pogba ikut turun bertanding. Menurut catatan BBC Sport, dari 33 pertandingan yang dijalani MU bersama Pogba, MU
sukses memenangkan 19 pertandingan, mencetak 57 gol, dan mengantongi 57,6
persen kemenangan. Namun, dari 16 pertandingan MU tanpa Pogba, Setan Merah hanya
mampu memenangkan 6 pertandingan, mencetak 20 gol, dan hanya memiliki 37,5
persen kemenangan. Hal ini menunjukkan, kehadiran Pogba memberi kontribusi
positif bagi permainan MU.
Di tim nasional Prancis, Pogba juga
memiliki peran yang tidak kecil. Sejak tahun 2008-2009, Pogba sudah masuk tim
nasional Prancis U-16, kemudian berturut-turut pada tahun 2010, 2010-2011,
2011-2012, dan 2012-2013, ia menjadi salah satu pemain andalan tim Les Blues U-17, U-18, U-19, dan U-20. Dalam Piala Dunia U-20 tahun
2013, Pogba yang dipercaya menjadi kapten Prancis sukses mengantarkan Les Blues menjadi juara.
Sejak tahun 2013 pula, berkat permainannya
yang mengesankan, Pogba direkrut pelatih Didier Deschamps masuk tim nasional
senior Prancis. Ia menjalani debut untuk
tim nasional senior pada tanggal 22 Maret 2013 dalam partai Prancis-Georgia
yang dimenangkan Prancis dengan skor 3-1. Sejak itu pemain yang biasa
beroperasi sebagai gelandang serang ini malang melintang di tim Prancis. Ia menjadi salah satu pemain penting yang turut mengantarkan Prancis lolos
mulus ke Piala Dunia 2018 di Rusia.
Dengan kemampuannya saat ini, Pogba
memiliki peluang untuk menjadi penerus Messi dan Ronaldo sebagai pemain terbaik
dunia. Jika mampu menjaga konsistensi, meningkatkan peranannya dalam tim, serta
membawa tim yang dibelanya meraih gelar-gelar level tertinggi di setiap
kategori (liga domestik, Liga Champions, dan juara dunia antarklub), ia bisa
menyejajarkan diri dengan Messi dan Ronaldo. Baik bersama MU maupun tim
nasional Prancis, Pogba memiliki modal yang potensial untuk meraih gelar-gelar
penting guna mewarisi prestasi Messi dan Ronaldo.
Di MU Pogba bermain bersama
pemain-pemain kelas wahid dengan pelatih
“Special One” Mourinho sehingga memiliki peluang besar untuk menjuarai Liga Primer Inggris, Liga Champions, dan juara dunia antarklub. Adapun di tim nasional Prancis, ia juga mendapat dukungan pemain-pemain bertalenta unggul, seperti Mbappe, Kante, Greizmann, Dembele, dan Mattuidi, sehingga berpeluang besar mejuarai Piala Eropa dan bahkan Piala Dunia. Dengan didukung oleh visi dan kepemimpinannya dalam bermain, baik di klub maupun di tim nasional negaranya, Pogba memiliki potensi untuk menyamai dan bahkan melampaui prestasi yang diukir Messi dan Ronaldo.
“Special One” Mourinho sehingga memiliki peluang besar untuk menjuarai Liga Primer Inggris, Liga Champions, dan juara dunia antarklub. Adapun di tim nasional Prancis, ia juga mendapat dukungan pemain-pemain bertalenta unggul, seperti Mbappe, Kante, Greizmann, Dembele, dan Mattuidi, sehingga berpeluang besar mejuarai Piala Eropa dan bahkan Piala Dunia. Dengan didukung oleh visi dan kepemimpinannya dalam bermain, baik di klub maupun di tim nasional negaranya, Pogba memiliki potensi untuk menyamai dan bahkan melampaui prestasi yang diukir Messi dan Ronaldo.
Sebagai catatan penting, Messi dan
Ronaldo masing-masing memang sudah meraih penghargaan Ballon d’Or sebanyak lima
kali dan beberapa kali membawa klubnya menjuarai liga domestik dan Liga
Champions, tetapi hingga saat ini mereka belum mampu membawa tim nasional
negaranya masing-masing (Argentina dan Portugal) meraih trofi paling prestisius
dan memiliki level tertinggi dalam olahraga sepak bola, yakni Piala Dunia
(World Cup). Dengan usianya yang sekarang, Messi (30 tahun) dan Ronaldo (32
tahun) tampaknya hanya tinggal memiliki satu kesempatan untuk merebut Piala
Dunia, yakni dalam hajatan Piala Dunia 2018 di Rusia. Namun, dalam usianya yang
kini baru 24 tahun, Pogba setidaknya masih memiliki tiga kesempatan untuk
meraih Piala Dunia bersama Prancis (2018, 2022, dan 2026) sehingga ia memiliki
peluang besar untuk mengungguli Messi dan Ronaldo dalam meraih prestasi tinggi
di ajang kompetisi sepak bola terbesar, tertinggi, dan terpenting itu.
Pogba memiliki tinggi tubuh 191 cm.
Dengan tubuhnya yang menjulang, ia unggul dalam duel bola-bola atas. Namun,
dengan kakinya yang panjang, ia juga sangat terampil dalam melakukan dribble, tackle, dan merebut bola dari kaki lawan. Di Manchester United, ia
dideskripsikan sebagai pemain yang kuat, terampil, dan kreatif. Kakinya yang
panjang tampak seperti tentakel saat berlari serta melakukan dribble dan tackle sehingga selama di Juventus ia memperoleh julukan Il Polpo (si Gurita).
Saat kembali
bergabung dengan MU, Pogba mengatakan, “Ini
adalah klub yang tepat bagi saya untuk mencapai segala sesuatu yang saya
harapkan.” Adapun Manajer-pelatih MU, Jose Mourinho, menyatakan, Pogba dapat
menjadi “jantung tim” untuk dekade berikutnya. Mourinho mengatakan, “Dia (Pogba) memengaruhi
gaya bermain kami. Kita semua tahu, saya dan pemain lainnya bahwa beberapa
pemain tertentu dapat memengaruhi level bermain tim. Bersama Pogba, kami punya
kreasi (bermain) lebih banyak lagi. Saya sangat bahagia.” Menurut Mourinho, Pogba berada di kelas
yang berbeda dengan gelandang MU lainnya.
Massimiliano Allegri,
yang pernah melatih Pogba di Juventus memuji Pogba sebagai pemain yang berpeluang
menjadi gelandang yang unggul. “Pogba punya permainan yang luar biasa, tetapi
dia punya kualitas untuk melakukan yang lebih baik dari itu. Dia juga bisa
menjadi gelandang terkuat di dunia,” ujar Allegri. “Dia bergerak dengan tempo
yang pas dalam menyerang dan bertahan.”
Di tengah persaingan para gelandang cemerlang dalam
kompetisi Seri A Italia, Pogba dinilai pelatih tim nasional Italia, Cesare
Prandelli, sebagai gelandang terbaik di dunia. Pogba sudah menunjukan kemampuannya
sebagai salah satu pemain bintang Serie A. Prandelli merasa beruntung dapat
menyaksikan langsung aksi-aksi Pogba di Serie A bersama Juventus.
Prandelli menyebutkan, Pogba punya kemampuan yang berkelas sebagai
gelandang.”Dapat saya katakan, Pogba adalah gelandang terbaik di dunia. Dia
bisa bermain di beberapa posisi serta memiliki kemampuan fisik dan teknik yang
luar biasa,” ungkap Prandelli seperti diberitakan L'Equipe. “Dia tahu kapan harus berada di posisi
penting dan bagaimana bisa membuat masalah di daerah lawan. Selain itu, Pogba
juga memiliki karakter yang sangat kuat sebagai pemain,” lanjut mantan pelatih
Fiorentina ini.
Di Liga Inggris, Pogba juga mampu merebut perhatian dan pujian. Ia
mengawali kehadirannya kembali di Liga Primer dengan penampilan yang datar dan
lamban akibat mengalami beban psikologis sebagai pemain termahal di dunia
(sebelum rekornya dipecahkan Neymar) serta sempat pula dibekap cedera selama
sekitar dua bulan. Namun, setelah pulih dari cedera, ia mampu menemuklan
kembali bentuk permainan terbaiknya.
Koleganya di MU dan tim nasional Prancis, Anthony Martial, memuji Pogba
sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia. “Paul adalah pemain yang
memiliki mental kuat dan dia yakin kepada diri sendiri. Dia pria besar, dia
memiliki teknik yang bagus dan memiliki daya tahan yang baik. Dapat saya katakan bahwa dia merupakan salah
satu gelandang terbaik di dunia,” ujar Martial kepada situs resmi MU. “Dia
masih muda; jadi dia harus banyak bekerja dan dia bisa menjadi lebih baik. Anda
dapat melihat bahwa dia tetaplah Pogba yang sama. Dia lucu, selalu tersenyum,
dia bukan orang yang terlalu serius. Saya selalu melihatnya tertawa dan dia
adalah teman baik saya. Dia adalah pribadi yang sama di dalam dan di luar
lapangan. Dia akan terus seperti ini,” kata Martial menambahkan.
Martial berharap dapat meraih banyak gelar bersama Pogba. Selain
meraih banyak gelar bersama United, Martial berambisi dapat meraih Piala Dunia
untuk Prancis bersama Pogba. Striker yang mendapat julukan sebagai supersub ini
optimis Pogba akan terus mempertahankan permainan cemerlangnya sehingga dapat
meraih gelar pemain terbaik di dunia. “Kami ingin memenangkan banyak piala
bersama di United dan kami juga ingin sekali meraih Piala Dunia untuk Prancis.
Jika dia melanjutkan permainannya dan memperbaiki kekurangannya, saya pikir dia
bisa memenangkan Ballon d’Or lima tahun mendatang,” harap Martial.
Gelandang lain MU asal Spanyol, Ander Herrera.
memuji Pogba sebagai salah satu pemain terbaik di dunia. “Saya pikir
dia pemain top, mungkin juga sebagai salah satu dari lima pemain terbaik di
dunia. Dia dapat merebut bola, melakukan tendangan akurat, menggiring bola,
serta bertahan dengan baik; dia memiliki segalanya. Kami sangat beruntung
karena kami memiliki dia,” puji Herrera. “Ketika Anda berpikir tentang pemain terbaik di dunia, mereka sangat bagus
tetapi mungkin mereka sangat baik pada hal-hal tertentu. Namun, Paul sangat
bagus dalam segala hal; jadi kami akan menikmati tampil bersamanya,” lanjut
Herrera.
Kegemilangan Pogba juga menarik perhatian Neville, mantan kapten
MU. “Pogba adalah seorang pemain yang memiliki karakter dan kepribadian di
lapangan. Ia juga selalu tampil percaya diri,” kata Neville seperti dilansir
BolaSport.com dari SkySports.com. Neville menyebut Pogba telah menebus “dosa”
musim lalu saat ia dianggap tampil kurang bagus dan tidak mencerminkan harga
105 juta euro (Rp 1,5 triliun) yang
ditebus United untuk memulangkannya dari Juventus. “Selama satu tahun, Pogba
terbebani oleh harga mahal dan ekspektasi tentang bagaimana harus tampil,"
ujar mantan kapten tim beralias Setan Merah tersebut.
Pujian dan kritik datang dari mantan
pelatih Real Madrid dan Liverpool, Rafael Benitez. Benitez mengakui kehebatan
Pogba sebagai pemain. Benitez membandingkan Pogba dengan Steven Gerrard, mantan
bintang Liverpool dan tim nasional Inggris. “Mereka berbeda. Stevie adalah
pemain top selama bertahun-tahun. Ia sangat konsisten dan bisa membuat
perbedaan di setiap pertandingan, dengan atau tanpa bola. Ia adalah pemain top.
Pogba juga pemain hebat, tetapi ia masih harus konsisten seperti Stevie untuk
10 sampai 15 tahun,” kata Benitez.
Pelatih tim nasional Prancis, Didier
Deschamps, menilai Pogba sebagai gelandang tengah yang punya kemampuan lengkap.
“Paul menunjukkan penampilan terbaiknya. Para pemain besar tampil di sejumlah
pertandingan besar,” kata Blaise Matuidi, rekan Pogba di tim nasional Prancis.
“Prancis tampil sebagai tim yang baik dengan sederet pemain yang cemerlang;
salah satu di antaranya Pogba,” ujar Fernandinho, gelandang tim nasional Brasil
dan Manchester City.
Pemain bintang, Neymar, bahkan turut menyatakan kekagumannya pada Pogba.
Saat masih bermain untuk
Barcelona, Neymar menyatakan minatnya untuk bermain bersama Pogba membela El Barca. Neymar mengaku mengagumi Pogba
serta berharap dapat berduet dengan pemain jangkung Prancis itu di Barcelona.
Bersama Neymar dan beberapa pemain muda
menonjol lain, Pogba saat ini dinilai berada di lapisan kedua setelah Messi dan
Ronaldo (yang berada di lapisan pertama) sebagai pemain terbaik dunia. Pogba
yang mengidolakan Ronaldo de Lima (Brasil) dan Zidane memiliki usia hampir sama
dengan Neymar. Secara umum, kemampuan Pogba saat ini memang dapat dikatakan
masih di bawah Messi, Ronaldo, dan Neymar. Namun, dalam beberapa tahun
mendatang, dengan kerja keras, disiplin, dan konsistensi, Pogba dapat
menyejajarkan diri dengan ketiga pemain brilian itu. Bersama Neymar, Pogba
menjadi calon serius untuk menggantikan serta meneruskan kebintangan Messi dan
Ronaldo.
Bersama Neymar dan beberapa pemain muda menonjol lain, Pogba saat ini dinilai berada di lapisan kedua setelah Messi dan Ronaldo.
ReplyDeletehttps://www.cf88indo.net/