Showing posts with label Tokoh Perdamaian. Show all posts
Showing posts with label Tokoh Perdamaian. Show all posts

Saturday, March 31, 2018

Nelson Rolihlahla Mandela (1918–2013)

Mandela, tokoh penentang Apartheid  (Sumber: arabic.cnn.com)

Nelson Rolihlahla Mandela lahir di Mvezo, Umtata, Afrika Selatan, pada 18 Juli 1918. Mandela pindah dan menetap di Qunu sampai dengan umur 9 tahun. Masa kecilnya dihabiskan di Thembu. Ayahnya, Henry Mandela, adalah kepala suku Thembu.
Nelson Mandela merupakan orang pertama dari keluarganya yang mengikuti pendidikan sekolah. Pada umur 16 tahun, ia masuk Clarkebury Boarding Institute untuk mempelajari kebudayaan Barat. Pada tahun 1934, ia memulai program bachelor of art  di Fort Hare University. Setelah pindah ke Johannesburg, ia mengambil kuliah jarak jauh di University of South Africa. Sehabis menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1942, ia belajar ilmu hukum di University of Witwatersrand.
Mandela menikah tiga kali. Ia menikah dengan Evelyn Ntoko Mase dan bercerai pada tahun 1957 setelah bertahan selama 13 tahun. Pernikahan keduanya dengan Winnie Mandikizela, setelah bertahan 38 tahun, juga berakhir dengan perceraian (1996). Pada ulang tahunnya yang ke-80 (1998), Mandela menikahi Graca Machel, janda mantan Presiden Mozambik, Samora Machel.
·          Melawan Apartheid
Sejak menjadi mahasiswa, Mandela bersikap kritis terhadap ketidakadilan. Ketika kuliah di Fort Hare University, Mandela melakukan demonstrasi untuk menentang kebijakan universitas yang dianggapnya melenceng (tahun 1940). Akibat aktivitasnya, ia dikeluarkan dari kampus.
Sikap kritis Mandela terus terbangun sampai usianya memasuki 20-an tahun. Di Johannesburg, Mandela bergabung dengan African National Congress (ANC), sebuah organisasi gerakan nasionalis multirasial yang membawa misi mengubah kondisi sosial dan politik di Afrika Selatan. Pada tahun 1944, Mandela turut mendirikan Liga Pemuda ANC.
Sikap kritis Mandela mulai terbentuk menjadi sikap perlawanan seiring dengan kian memanasnya suhu kehidupan sosial dan politik di Afrika Selatan pada akhir tahun 1940-an. Mandela seperti mendapat sengatan kuat ketika pada tahun 1948 rezim pemerintah kulit putih Afrika Selatan memberlakukan politik apartheid. Melalui apartheid, kaum kulit putih yang hampir sepenuhnya mendomiasi pemerintahan Afrika Selatan, mengklaim dan menempatkan diri sebagai komunitas unggul yang harus mendapat perlakuan istimewa dan menempatkan masyarakat kulit berwarna –– terutama kulit hitam –– sebagai komunitas rendahan yang hak-haknya tidak perlu diperhatikan. Sejak berlakunya apartheid, masyarakat kulit berwarna –– khususnya kulit hitam yang merupakan mayoritas di Afrika Selatan –– hidup tertindas dan dibayang-bayangi kekerasan. Mereka, antara lain, dilarang untuk menggunakan hak pilih, dilarang tinggal di wilayah masyarakat kulit putih, serta tidak memiliki akses untuk menikmati pendidikan tinggi dan memperoleh pekerjaan yang layak.
Kondisi sosial dan politik yang sangat timpang dan menindas tersebut mendorong Mandela meningkatkan militansi gerakannya di ANC. Setelah pada tahun 1952 diangkat menjadi salah satu wakil ketua ANC, Mandela bersama kawan seperjuangan setianya, Oliver Tambo, berusaha mengubah kebijakan ANC menjadi lebih berhaluan keras (radikal). Akibat sikapnya ini, Mandela sempat dituduh sebagai seorang pengkhianat (1956), tetapi kemudian dinyatakan tidak bersalah (1959).
·          Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup
Tekad dan keberanian Mandela untuk melakukan perlawanan terhadap apartheid  bertambah kuat setelah pemerintah kulit putih kian menunjukkan kesewenang-wenangan dan kebrutalannya. Pada tahun 1960, aparat rezim kulit putih melakukan pembantaian terhadap massa demonstran di Sharpeville. Akibat pembantaian ini, 69 orang demonstran kulit hitam meninggal dunia.
Untuk merespons perilaku rezim kulit putih yang kian represif, Mandela mulai bersikap konfrontatif. Setahun setelah pembantaian Sharpeville, pada tahun 1961 ia mempelopori pembentukan Umkhonto we Sizwe, sebuah laskar yang berada di bawah ANC. Laskar ini dipersiapkan untuk, antara lain, melakukan perlawanan fisik dan bersenjata terhadap rezim kulit putih.
Mandela kemudian meninggalkan Afrika Selatan untuk mengikuti pelatihan militer di Aljazair. Setelah beberapa bulan mendapat tempaan militer, pada tahun 1962 ia kembali ke Afrika Selatan untuk mewujudkan perjuangan konfrontatifnya melawan rezim kulit putih. Namun, tak lama setelah tiba di tanah airnya, Mandela ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara selama lima tahun oleh rezim kulit putih dengan tuduhan meninggalkan Afrika Selatan secara ilegal.
Selama Mandela di penjara, kawan-kawan seperjuangannya di ANC juga ditangkapi dan ditahan. Bersama para koleganya ini, Mandela kembali diajukan ke pengadilan. Melalui pengadilan rezim kulit putih pada tahun 1964, Mandela dinyatakan bersalah dan akhirnya divonis dengan hukuman penjara seumur hidup.
·          Membebaskan Rakyat dari Apartheid
Mandela tetap teguh dan konsisten pada pendiriannya semula: apartheid  harus dilawan dan dihapus. Apartheid  hanya menguntungkan dan menyejahterakan warga kulit putih yang jumlahnya minoritas, tetapi menyebabkan ketidakadilan dan kesengsaraan pada rakyat kulit hitam Afrika Selatan yang jumlahnya mayoritas. Baik secara terang-terangan maupun terselubung, hampir seluruh rakyat kulit hitam Afrika Selatan mendukung perjuangan Mandela.
Dari balik penjara, Mandela terus mengobarkan semangat perlawanan terhadap penindasan sistematis melalui apartheid. Teman-teman seperjuangan serta para pengikut dan simpatisannya di luar penjara melakukan upaya perlawanan melalui berbagai jalur dan cara, sementara publik internasional sambil bertubi-tubi mengecam keras rezim kulit putih, juga turut memberi dukungan pada Mandela. Di sisi lain, rezim kulit putih terus mempelihatkan sikap tak peduli dengan secara sporadis tetap melakukan penggeledahan, penangkapan, penyerangan, dan pemenjaraan terhadap rakyat kulit hitam untuk mempertahankan apartheid.
Keteguhan luar biasa Mandela, perlawanan rakyat kulit hitam yang terus berkobar, dan tekanan internasional yang tidak dapat dihentikan sedikit mengendurkan sikap otoriter dan keras kepala rezim kulit putih setelah masa pemenjaraan Mandela berlangsung hampir 21 tahun. Pada Februari 1985, rezim kulit putih menawarkan pembebasan bagi Mandela dengan syarat ia bersedia menghentikan perlawanan dan perjuangan bersenjata para pengikutnya. Mandela menolak dan tetap memilih tinggal di penjara sambil menyaksikan dan memberi semangat para pengikutnya melakukan perjuangan.
Setelah ketabahan dan konsistensi Mandela kiranya tidak bisa ditaklukkan, sementara perlawanan rakyat kulit hitam serta kecaman masyarakat internasional sudah tak mungkin dapat dibendung, rezim kulit putih akhirnya menyerah. Presiden Afrika Selatan, F.W. de Klerk, yang juga merupakan salah satu tokoh kulit putih yang secara diam-diam tidak lagi menyetujui apartheid,  pada 11 Februari 1990 memerintahkan pembebasan Mandela tanpa syarat. Mandela kemudian bebas di tengah apartheid  mulai memasuki masa kehancurannya.
Sekeluarnya Mandela dari penjara, rakyat kulit hitam Afrika Selatan pun akhirnya juga terbebas dari belenggu apartheid. Bersamaan dengan persiapan penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu), apartheid  dicabut dan lenyap dari bumi Afrika Selatan. Dalam pemilu yang diadakan empat tahun setelah pembebasannya (1994), Mandela sendiri dinyatakan keluar sebagai pemenang dan terpilih menjadi presiden –– merupakan presiden kulit hitam pertama dalam sejarah Afrika Selatan.
·          Melakukan Rekonsiliasi
Kemenangan Mandela bersama rakyat kulit hitam dalam melawan apartheid  serta kemenangan dirinya dalam pemilu disusul oleh munculnya peristiwa hebat. Mandela dan rakyat kulit hitam Afrika Selatan telah memenangkan pertarungan melawan rezim kulit putih pendatang dari Eropa. Namun, suatu hal yang luar biasa terjadi: Mandela berikut para pengikutnya dan masyarakat kulit hitam tidak melakukan balas dendam terhadap mantan rezim penguasa kulit putih yang lebih dari 40 tahun menindas warga kulit hitam.
Bagi Mandela, merupakan pantangan besar bahwa setelah perjuangannya membela dan menegakkan hak-hak dasar manusia berakhir dengan kemenangan, ia sendiri kemudian justru melakukan pembalasan dendam dengan balik menindas mantan lawannya. Baginya, hal itu merupakan tindakan tak bertanggung jawab terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang konsekuensinya tidak akan mengantarkan Afrika Selatan pada penyelamatan dan pemulihan, melainkan pada kehancuran. Oleh sebab itulah, ia menghindari hal itu serta sebaliknya memimpin dan merangkul semua komponen bangsa Afrika Selatan untuk melakukan rekonsiliasai (rujuk nasional), menggalang persatuan, melupakan masa lalu, dan bersama membangun kembali Afrika Selatan untuk menyongsong masa depan.
Menyaksikan perjuangan dan dedikasinya yang luar biasa dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian, masyarakat dunia menjadi takjub dan tidak ragu-ragu menggolongkan Mandela sebagai tokoh besar yang fenomenal. Mandela telah menghabiskan lebih dari 27 tahun masa hidupnya di dalam penjara demi membebaskan masyarakat kulit hitam Afrika Selatan dari penindasan apartheid. Dengan lapang dada, ia juga membuang sikap dendam serta egoisme pribadi dan kelompok demi terwujudnya perdamaian di negaranya. Tidak mengherankan, untuk jasa-jasanya yang luar biasa itu, ia   –– dan juga F.W. de Klerk –– dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian (1993), sebuah pengakuan dan penghargaan paling tinggi dan prestisius di dunia dalam bidang penegakan nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian.

Mikhail Sergeyevich Gorbachev (1931–... )

Gorbachev, membebaskan dunia dari ancaman Perang Dingin
(Sumber: pariani-enimerosi.blogspot.com)
Mikhail Sergeyevich Gorbachev lahir di Privolnoye, Stavropol, Rusia, pada 2 Maret 1931. Ayahnya adalah seorang tentara yang pernah dua kali terluka dalam pertempuran, sedangkan ibunya adalah perempuan sederhana yang kurang berpendidikan. Gorbachev berasal dari keluarga petani dan banyak menghabiskan masa kecilnya di pedesaan.
Pada masa remaja, di tengah kehidupan negara Uni Soviet yang sulit dan keras, Gorbachev menekuni bidang pertanian dengan bekerja di stasiun mesin traktor di Stavropol. Ia dikenal sebagai pekerja keras, berdisiplin, dan menjadi teladan bagi banyak pekerja lain. Untuk prestasi kerjanya yang bagus, ia mendapat anugerah Ordo Merah, sebuah penghargaan dalam bidang ketenagakerjaan.
Gorbachev juga dikenal cerdas serta memiliki prestasi sekolah yang tinggi. Dari seorang yang berlatar belakang dunia pertanian dan pedesaan, ia menjadi seorang yang terdidik dalam bidang hukum dan pertanian. Ia mempelajari ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Moskow serta mendalami ilmu pertanian di Institut Pertanian Stavropol.
·          Pengalaman Selama Kuliah
Selama kuliah di Universitas Moskow, Gorbahev mendapat pengalaman penting. Ia terkesan dengan pemikiran beberapa dosennya –– salah satunya adalah Stepan Fyodorovich Kechekyan, yang mengajar sejarah pemikiran hukum dan politik. Mereka telah membuka mata dan pikiran Gorbachev mengenai dunia intelektual yang lebih luas.
Sebelum kuliah di Universitas Moskow, Gorbachev merasa terkungkung dalam satu pemikiran yang sempit. Namun, setelah belajar di universitas, ia mulai berpikir, berefleksi, dan melihat sesuatu secara berbeda. Indikasi yang mencuat dari hal ini adalah bahwa setelah mengenal pemikiran beberapa dosennya, Gorbachev menjadi terbuka dengan pemikiran dan hal lain di luar Marxisme, Leninisme, dan komunisme yang sebelumnya ia percaya dan ia anut.
Pada saat kuliah di Universitas Moskow pula, Gorbachev merasakan terjadinya perubahan. Kematian pemimpin Uni Soviet, Josep Stalin –– yang diktator dan otoriter –– pada tahun 1953, menyebabkan iklim akademis di kampus menjadi lebih baik dan positif. Diskusi-diskusi di kalangan mahasiswa menjadi berlangsung lebih bebas dan terbuka.
Belajar di Universitas Moskow memberikan pengalaman berharga bagi Gorbachev. Pemikiran-pemikiran alternatif –– di luar Marxisme, Leninisme, dan komunisme –– memberinya banyak inspirasi dalam menjalani pekerjaan dan karier setelah tamat kuliah. Setelah lulus tahun pada 1955 dengan predikat penuh pujian, ia aktif di Komsomol (Liga Pemuda Komunis) serta bergabung dengan berbagai organisasi politik. Gorbachev menikah pada tahun 1953 dengan Raisa Maximovna Titarenko, perempuan cerdas, anggun, dan bergelar Ph.D. (philosophy of doctor) yang ia kenal semasa kuliah.
·          Tokoh Reformis
Gorbachev memulai karier politiknya pada tahun 1956. Di Uni Soviet yang menganut sistem partai tunggal, yakni Partai Komunis Uni Soviet (Kommunisticheskaya Partiya Sovetskogo Soyuza), Gorbachev tidak memiliki pilihan lain kecuali bergabung dengan partai tersebut. Ia bergabung dengan partai ini pada tahun 1962, kemudian pada tahun 1970 diangkat menjadi sekretaris partai.
Selama bergabung dengan Partai Komunis, ia menjalin hubungan baik dengan beberapa tokoh partai, seperti Mikhail Suslov (sekretaris senior partai) dan Yuri Andropov (kepala badan intelijen KGB –– Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti). Karier Gorbachev mulai menanjak dengan diangkat menjadi sekretaris komite sentral partai di Moskow (1978). Ketika Yuri Andropov menjadi presiden Uni Soviet, Gorbachev menjadi orang nomor dua dalam struktur garis komando partai. Gorbachev baru diangkat menjadi sekretaris jenderal partai pada tahun 1985 setelah pemimpin tertinggi partai sekaligus presiden Uni Soviet, Konstantin Chernenko, meninggal dunia.
Karier politik Gorbachev mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan terpilih menjadi presiden Uni Soviet untuk menggantikan Andei Gromyko. Figur Gorbachev sebagai reformis atau pembaharu sebenarnya sudah mulai tampak sejak ia menduduki posisi penting di dalam tubuh partai. Namun, kiprah pembaharuannya baru benar-benar dapat ia tunjukkan secara mengesankan setelah memegang jabatan presiden.
Gorbachev melakukan reformasi besar-besaran dalam bidang politik dan ekonomi. Pria yang oleh pers Barat sering dipanggil dengan sebutan Gorby ini menggalakkan reformasinya dengan program yang disebut ‘Glasnost’ dan ‘Perestroika’.  Glasnost adalah program yang dijalankan Gorby untuk menerapkan keterbukaan dan kebebasan dalam bidang politik dan budaya, sedangkanperestroika untuk melakukan pembangunan kembali bidang ekonomi.
Untuk merealisasikan Glasnost, Gorbachev melakukan gebrakan yang dianggap sangat tabu dalam perpolitikan tradisional Uni Soviet. Ia memperluas wewenang presiden serta memindahkan kekuasaan partai komunis kepada dewan perwakilan rakyat. Secara umum, ia melakukan banyak pembatasan terhadap kekuasaan dan monopoli Partai Komunis Uni Soviet serta membuka demokratisasi dalam kehidupan politik dan masyarakat Uni Soviet.
Dalam politik luar negeri, ia melakukan terobosan-terobosan besar. Ia memutuskan untuk menarik mundur pasukan Uni Soviet dari pendudukannya di Afghanistan serta memperbaiki hubungan diplomatik dengan Cina (Tiongkok). Secara lebih luar biasa dan sangat mengejutkan hampir semua orang –– tidak saja di Uni Soviet, tetapi juga di seluruh dunia –– ia memutuskan untuk bekerja sama dan menandatangani persetujuan pengendalian senjata dengan seteru berat Uni Soviet, yakni Amerika Serikat.
Adapun untuk menjalankan program Perestroika, Gorbachev memperkenalkan mekanisme pasar bebas dalam perekonomian Uni Soviet. Ia melakukan upaya pemberantasan korupsi dan meningkatkan efisiensi. Untuk mendukung program perbaikan ekonomi, ia juga berusaha memperkuat pemberdayaan sektor pertanian.
·          Mengakhiri Perang Dingin
Kebijakan luar negeri Gorbachev menimbulkan dampak yang tergolong hebat dalam percaturan politik internasional. Serangkaian kebijakan luar negeri yang diambilnya dengan cepat mengakhiri Perang Dingin. Perang Dingin adalah situasi ketegangan tinggi antara Blok Timur (Pakta Warsawa) yang dipimpin Uni Soviet dan Blok Barat (NATO) yang dipimpin Amerika Serikat yang secara mendadak dapat berubah menjadi perang senjata nuklir terbuka antara keduanya.
Gorbachev sangat berbeda dengan para pemimpin Uni Soviet sebelumnya. Dalam politik dan urusan luar negeri, para pendahulunya cenderung antikompromi, militan, konfrontatif, dan ofensif. Sebaliknya, dalam urusan yang sama, Gorbachev bersikap kompromistis, moderat, dan peaceful (mengutamakan sikap damai). Hal ini ia tunjukkan dalam menjalin hubungan dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat. Langkah-langkah yang diambil Gorbachev terhadap Amerika Serikat dan sekutunya tidak hanya mengakhiri Perang Dingin yang selama sekitar 40 tahun sangat mengkhawatirkan penduduk bumi, melainkan juga mengubah hubungan Blok Timur dan Blok Barat yang semula sarat rivalitas dan bermusuhan menjadi bersahabat.
Gorbachev juga menunjukkan sikap kenegarawanan yang besar. Tidak seperti para pemimpin Uni Soviet sebelumnya yang konservatif dan otoriter, di dalam negeri ia menunjukkan sikap lebih egaliter, akomodatif, dan memberi banyak kebebasan kepada rakyat Uni Soviet untuk menggunakan hak-haknya. Ia juga memberi ruang yang luas kepada semua pihak di negaranya untuk memanfaatkan kebebasan berekspresi. 
Adapun di Eropa Timur, selain bersikap peaceful, Gorbachev juga berusaha menjadi mediator dan motivator bagi penghapusan kesewenang-wenangan oleh rezim komunis konservatif. Dalam menghadapi negara-negara Eropa Timur, ia meninggalkan kebiasaan intervensi serta sikap ofensif dan opresif para pemimpin Uni Soviet sebelumnya. Ia memberi keleluasaan kepada pemerintah dan rakyat negara-negara Eropa Timur –– seperti Jerman Timur, Polandia, Cekoslovakia, Bulgaria, Hongaria, dan Romania –– untuk menentukan nasibnya sendiri setelah selama puluhan tahun diintervensi dan dikooptasi oleh rezim pemerintah komunis Uni Soviet.
·          Mendapat Apresiasi Tinggi dari Dunia
Nama Gorbachev serta merta menjadi populer di seluruh dunia. Kebijakan-kebijakannya mengubah citra pemimpin Uni Soviet di dunia internasional. Sebelumnya, para pemimpin Uni Soviet dikenal memiliki citra yang angker, dingin, dan menakutkan, tetapi di tangan Gorbachev citra itu berubah menjadi ramah, hangat, familiar, dan menyejukkan.
Kebijakan-kebijakan Gorbachev tidak hanya menimbulkan dampak positif di Uni Soviet sendiri, melainkan juga di seluruh dunia. Sikapnya yang berdampak global terutama terkait dengan keberaniannya bersikap kooperatif terhadap dunia Barat. Sikap ini dikecam dan ditentang oleh para tokoh komunis konservarif di dalam negeri, tetapi mendapat apresiasi tinggi dari banyak tokoh dan masyarakat dunia. Keputusan Gorbachev untuk berdamai dengan Blok Barat dan mengakhiri Perang Dingin telah menghindarkan masyarakat internasional dari ancaman perang nuklir dahsyat yang sangat destruktif serta dapat membinasakan kehidupan di bumi.
Keterbukaan dan kebebasan politik dan budaya yang dirintis Gorbachev di dalam negeri juga telah membebaskan rakyat Uni Soviet dari kesewenang-wenangan rezim komunis konservatif (garis keras). Sementara itu, kerelaannya untuk melepaskan kendali atas negara-negara Eropa Timur serta membiarkan mereka mengambil kebijakan sendiri telah mengantarkan ratusan juta masyarakat negara-negara Eropa Timur keluar dari krisis kemanusiaan akibat kediktatoran rezim pemerintahan komunisnya masing-masing. Komunisme, baik di Uni Soviet sendiri maupun di negara-negara Eropa Timur, di mata banyak kalangan internasional, merupakan sebuah potret buruk yang terbukti hanya menguntungkan dan memakmurkan para petinggi partai (komunis), tetapi menyebabkan ketertindasan dan kesengsaraan masyarakat luas.
Gorbachev oleh banyak kalangan dianggap sebagai tokoh besar dunia abad ke-20 yang sangat berjasa dalam mengupayakan terwujudnya perdamaian dunia serta membebaskan masyarakat di berbagai kawasan dari ketertindasan. Gorbachev dinobatkan sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian untuk tahun 1990. Ia juga mendapat puluhan penghargaan (award) internasional bergengsi lain dari berbagai lembaga dunia, seperti Memorial Medal of Sorbonne (1989), Memorial Medal of Rome Municipality (1999), Franklin D. Roosevelt Liberty Medal  (1990), Gold Medal Prometheus National Technological University of Athens (1993), Gold Medal of Thessaloniki (1993), International Statesman Award (1993), Gold Badge University of Oviedo (1994), Grand Cross of Freedom (1995), Grand Cross Special Class of the Order of Merit (1999), Order of the White Lion with a Ribbon (1999), Induction into the International Academy of Achievement (2000), Indira Gandhi Award (1988), National Liberty Award for Effort Against Oppression (1998), dan Albert Einstein Award for Contribution to Peace and Mutual Understanding Among Peoples (1990).
Gorbachev mengundurkan diri dari jabatan presiden Uni Soviet pada Desember 1991 setelah Uni Soviet mengalami disintegrasi (perpecahan dan pembubaran). Terjadinya pembubaran Uni Soviet tidak semata-mata diakibatkan oleh kebijakan-kebijakan Gorbachev. Disintegrasi itu lebih disebabkan oleh hasrat yang kuat dari rakyat untuk bebas dari cengkeraman komunisme serta kembali mendirikan negara lamanya masing-masing yang sebelumnya dianeksasi dan digabung menjadi negara Uni Soviet.